Saturday, June 15, 2013

Deti: Sunyi Yang Mengajari

Pandang gambarnya lalu lihat nama yang tertera, banyak orang mengira adik yang satu ini pria. Tak heran, bahasa tubuh dan penampilan fisiknya memang tak seperti anak perempuan umumnya.
Sejauh yang saya kenal, Deti adalah adik di taman yang paling tertutup. Seperti ada tembok tinggi yang sengaja dibangunnya dan hanya menyisakan sedikit celah untuk menghalangi orang masuk atau paling tidak dia akan punya waktu untuk menganalisa terlebih dulu orang yang bertamu.

Sering saya sengaja menyempatkan untuk menghampiri dan mengobrol dengannya, tapi entah karena memang dia merasa tak aman dan tak nyaman dekat dengan saya atau memang begitulah adanya, dengan cepat dia akan pamit pergi sambil bilang "Jualan dulu ya, kak.." Kami memang tak terlalu akrab, tapi suatu kali dia memberi saya pelajaran berharga. Tiga minggu sebelum ujian nasional tingkat sekolah dasar, saya menghampirinya yang sedang istirahat jualan, saya bertanya tentang sejauh mana persiapannya, dia bilang baik-baik saja. Meski terdengar olehmu tak meyakinkan tapi bahasa tubuhnya tak bilang demikian. Dia berusaha keras, saya menemukan kekuatan hati disana dan saya bahagia. Sampai saya ke pertanyaan berikutnya tentang rencananya melanjutkan ke sekolah menengah pertama mana, maka sayapun diberi jawaban "Belum tau, kak.. Lanjut sekolah kalau punya uang, kalau tidak ya jualan saja" Kali ini saya yang pamit sambil berkata "Kesana dulu ya.." sambil memarahi otak, hati, dan mulut kenapa sampai berkonspirasi melontarkan pertanyaan semacam itu. Pertanyaan yang menghasilkan pernyataan yang saya tak tau cara menanggapinya.

Deti, dengan diamnya mengajari saya banyak hal.


Tri Harvina Coniwitry Saragih, 7 Juni 2013

0 comments:

Post a Comment

 

Komunitas Taman Harapan Copyright © 2011 -- Template design by Brun -- Powered by Blogger