Sunday, June 29, 2014

Undangan Aksi Solidaritas Petani Karawang

Yth Rekan-rekan Media
(sekaligus untuk kawan-kawan seperjuangan)
Dengan Hormat,
Terkait perampasan tanah petani Karawang yang terjadi pada 24 Juni 2014, warga tiga desa yang ada di Telukjambe, Karawang digusur paksa oleh PN Karawang dan PT. SAMP dengan melibatkan 7.000 Brimob,
Untuk saat ini, situasi yang terjadi di lapangan ada 1.200 warga yang terisolasi karena Brimob dan preman bayaran memasang pagar kawat berduri disekeliling area konflik, 350 ha. Selain itu, listrik juga sudah tidak dipasok lagi ke rumah-rumah warga yang berada di lokasi konflik.
Untuk itu Kami mengundang rekan-rekan sekalian dari media untuk meliput aksi 500 petani Serikat petani karawang (SEPETAK) bersama KPA, ELSAM, KONTRAS, WALHI, YLBHI, PBHI Jakarta, GMNI, AGRA, IHCS, Tuk Indonesia, LBH SL, LPM Media Publica, Serikat Tani Tebo, SM-UKI, KBM-UNPAM, FORMASI IISIP
KPA, KONTRAS, PBHI Jakarta, YLBHI, Walhi,
Hari/Tanggal : Senin/ 30 Juni 2014
Waktu : 10.00-selesai
Tempat : Mabes Polri-Kompolnas dan Komnas HAM
Kontak : Agus Suprayitno - 081310338980 (KPA)
Atas Nama
SEPETAK Bersama

Friday, January 24, 2014

SURAT DARI "GEMBEL INDONESIA" UNTUK WALIKOTA BANDUNG:




Bapak walikota saya gembel indonesia, asli pemulung bukan pengemis, tujuh turunan. Tolong jangan selalu memusuhi kami, kami ingin hidup menyekolahkan anak tanpa diberi bantuan (dirazia, dimasukan ke panti sosial, panti asuhan) siapapun, karena bantuan itu selalu ada syaratnya, dan saya yakin masih mampu dan sanggup menafkahi keluarga. 
Karena saya ga punya identitas, hidup selalu di jalan dan dipandang selalu lebih buruk dari sampah. Kami sekeluarga selalu terbuang oleh aturan walikota, dari dibuang di karawang - subang, sampe hutan majalaya.
Tapi kami doakan agar cita-cita bapa membuat bandung juara bisa tercipta, walau kami harus mati terlunta-lunta, dan kedua anak saya yang sekolah terpaksa akan saya berhentikan, daripada nanti anak saya pintar menjadi penindas seperti bapa, lebih baik anak saya tetap menjadi gembel makan sisa orang lain tapi tidak menindas seperti bapa.
"Lemah dan selalu salah, takan menyerah"

Dari "Gembel Indonesia" yang selalu bergentayangan di jalan dan menuju selamat dunia akhirat..

Sunday, December 15, 2013

Kaum Malang Bukan Ancaman untuk Bandung Juara

Setelah malam minggu kemarin adik-adik kami diancam oleh pemimpin kota Bandung, pagi ini minggu 15 desember 2013 ternyata semua adik - adik kami di jl. seram di angkut paksa ke dalam mobil truk khas "penertib" beserta semua ibunya. Mereka di bawa ke beberapa titik dengan ketidak jelasan. Sempat kami mencari mereka ke pendopo dan balai kota, tapi ternyata mereka sudah tak ada di tempat itu lagi. Dari siang sampai jam 5 sore kami mencari, sampai akhirnya di perjalanan menuju titik pencarian terakhir (markas pol PP), ketika lewat taman jl. seram kami melihat mereka (adik-adik dan ibunya) sudah bebas. Mereka nampak lelah dan masih terlihat tegang juga emosional.

Mereka kemudian bercerita, dan seperti dugaan kami, mereka ditangkap dan dibawa berkeliling kota tidak jelas, katanya sih mencari walikota (untuk melapor). Setelah itu mereka hanya ditanya nama dan kemudian diancam lagi, jika tertangkap untuk yang 3 kalinya mereka akan dikirim ke cirebon selama 3 bulan, katanya. Dan yang paling tidak manusiawi adalah ada yang berkata "jika ibu tidak sanggup lagi ngurus anak, sudah masukin aja mereka ke panti asuhan dan ibu ikut pelatihan (pelatihan yang bahkan belum tentu si ibu butuhkan)", dan setelah itu mereka dibebaskan.

Namun ada yang menarik dari cerita mereka, ditengah cerita mereka berkisah bahwa ternyata ada komandan pol PP sempat curcol (curhat colongan), dia berkata "ya mau gimana lagi bu, kita cuma menjalankan perintah, kita juga bingung" (silahkan artikan sendiri maksud perkataannya).

Dan singkat cerita para ibu pun dengan emosional berkata, "kita juga sadar, kalo kita salah udah nyuruh anak kerja, apalagi di bawah umur tapi harusnya kalo mau ngilangin kita dari jalan jangan asal tangkep atau 'dibuang' begitu aja, harusnya pemerintah kasih kami (para ibu/bapak) kerjaan, terlebih modal buat usaha, kan banyak tuh anggaran buat bantuan sosial dari pajak masyarakat"



Sekali lagi kami mendukung penuh cita - cita Pak Walikota yang ingin membenahi Bandung dan menjadikan Bandung Juara. Tapi ingat jangan korbankan kaum miskin, jangan pernah bebenah Bandung dengan tidak mengindahkan kehidupan kaum malang (miskin), siapapun dia dan dari manapun asalnya, karena kami yakin Bandung takan mampu hidup tanpa ada daerah-daerah lain disekitar dan daerah yang jauh sekalipun yang berkontribusi untuknya (bandung). Dan jika tidak ingin kaum miskin berkeliaran lagi di jalan - jalan kota serta mengganggu keindahan pandangan TUAN, beri kaum malang ini solusi kongkret; pekerjaan atau modal usaha, pendidikan dan kesehatan GRATIS TANPA SYARAT. Jangan lihat kaum miskin sebagai sebuah ancaman untuk cita - cita "Bandung", tapi lihatlah kami sebagai korban dari angkuhnya masyarakat juga kebijakan pemerintah.

Thursday, July 4, 2013

Penakut




Hal baik apa yang sudah aku lakukan untuk dunia ini? untuk duniaku?dan untuk dunia mereka?
Semua ide gila untuk mejadikan ku berguna hanya mampu bertahan di dalam sini.

Menurut mereka ini bukan hal penting.
Tapi bagiku hal ini penting untuk keberadaanku di bumi ini.

Rasa nya sekarang aku lebih tidak berguna dari pada benalu.
Dan aku masih takut untuk bergerak.
Penakut.

Aku masih bisa tenang makan enak dan bergurau sedang disampingku ada yang mengais nasi.
Aku masih bisa memikirkan untuk liburan ke sana sini, sedang disekitarku masih ada yang bingung tinggal dimana.

Rutinias ini cukup membunuh semua ruang gerakku.
(Ini bukan alasan, hanya alibi ku saja untuk membela diri)

Rasanya muak ketika tidak ada yang bisa aku perbuat.
Aku hanya bisa mendengar cerita dan ikut bersimpati.
Tapi teman-teman itu tidak butuh rasa simpati atau belas kasian.
Dan mereka cukup hebat dari pada semua itu.


Oh, dunia andai saja mau menunggu ku untuk bergerak.....





Ayudia Sari Dewi, 15 Mei 2013

Saturday, June 22, 2013

Arom: "Ngaco" Award


Selain Arul (Untuk yang belum kenal, silahkan sempatkan melihat lini masa saya), Arom adalah nama lain yang menjadi idola kakak-kakak di taman. Saya mengenal Arom dengan gayanya yang santai, bahkan kadang cenderung cuek, dia sering tak peduli pada sekitar ketika sedang serius dengan sesuatu.
Tak seperti Jejen yang seakan haus ilmu, Arom sering mengeluh jika hari itu agenda kami di taman adalah belajar. Bukan, bukan maksud saya mengatakan bahwa Arom anak yang malas, karena walaupun mengeluh tapi tangannya tetap mengerjakan materi yang sedang dibawakan. Pernah dia bilang pada saya bahwa senin sampai sabtu di sekolah sudah belajar jadi mengapa minggu pun harus melakukan hal yang sama, hahaaa.. Saya tak mau menyalahkan karena siapa yang tidak merasa demikian ketika usia sekolah 
Suatu kali saya alpa mengikuti kegiatan camping ceria yang merupakan program empat bulanan kami di taman. Kakak-kakak yang lain cerita pada saya, disana Arom menunjukkan siapa dirinya, dia begitu menikmati alam yang tersaji di depan mata dengan kegembiraan khas anak-anak. Seperti berada di dunianya sendiri, kata mereka.
Arom bukan adik yang paling kecil usianya di taman tapi kelakuannya sering menunjukkan demikian. Terkadang sulit baginya untuk berbagi dengan teman-teman yang lain bahkan untuk yang lebih kecil seperti Arul dan Ujang Kecil. Dari situ saya belajar bahwa ketika ke taman membawa mainan maka sebaiknya Arom tidak jadi orang pertama yang memegang karena adik lainnya akan kesusahan mendapat kesempatan 
Arom, pemenang kategori "Ngaco" dalam Taman Harapan Award



Tri Harvina Coniwitry Saragih, 22 Juni 2013

Jejen: Pintar dengan Rahasia?


"Kak..Beri aku 6 soal, jangan 3" itu yang Jejen katakan pada salah satu kakak yang mengajarinya matematika pada saat kunjungan perdana saya ke taman. Sejak kalimatnya tersebut tertangkap indera pendengaran saya, maka sejak saat itu pula saya terus memperhatikannya.
Jejen adalah adik yang pintar, ah sudahlah..tentang itu saya tak mau membicarakannya karena dia sudah membuktikannya dengan jawaban benar pada banyak soal yang diberikan. Tak hanya matematika tentu saja, materi pelajaran bahasa inggris yang sering kami bawa ke tamanpun menjadi teman baiknya. Saya yakin nilainya di sekolah juga cukup mencengangkan.
Jejen sering ikut main dan belajar bersama, tapi juga tak jarang lebih memilih menyingkir untuk berjualan dan meninggalkan keriuhan kami di taman. Ketika ikut bergabung biasanya Jejen akan sangat aktif. Dia mengikuti permainan yang sedang berlangsung, menjawab soal-soal yang diberikan dan mengerjakan yang diperintahkan sehubungan dengan kegiatan. Tapi di saat tak ikut berkegiatan, dia akan menjelma menjadi Jejen yang tidak saya kenal. Pernah beberapa kali saya menjemputnya di titik dia biasa berjualan, jauh dari pohon rindang kami, tapi yang saya dapat adalah dia jalan menjauh seperti tak ingin disentuh. Kadang ketika bersama sengaja saya arahkan pembicaraan kenapa dia sering absen berkegiatan tapi Jejen hanya menjawab saya dengan senyuman.
Dulu saya penasaran dengan perubahan sikapnya tetapi semakin minggu semakin saya sadar bahwa adik yang satu ini punya alasan sendiri untuk tak menjawab. Dan saya, sama sekali tak berhak mengganggu gugat.
Jejen, si pintar yang membuktikan bahwa tak ada manusia tanpa rahasia.



Tri Harvina Ciniwitry Saragih, 21 juni 2013

Saturday, June 15, 2013

Yuni: Hebat!

Saya akan melakukan survey kecil-kecilan, maka kalian tolong jawab dalam hati dan otak saja, tak perlu diutarakan apalagi dituliskan kemudian dikirimkan pada saya. Siapa diantara kita yang selalu memvisualisasikan seorang anak yang berdagang di jalanan harus menggunakan pakaian lusuh? Berapa orang diantara kita yang mengeneralisasikan penampilan fisik semua orang di jalanan dengan cetak biru yang sama? Apakah kita termasuk orang yang jika melihat pedagang di jalanan yang masih anak-anak dan berpenampilan layak kemudian mencibir bahwa mereka hanya malas saja berusaha lebih giat?

Kalau anda dan saya ada didalamnya, maka selamat..saya nyatakan untuk Yuni, semuanya jadi berbeda. Yuni tak lusuh, dia berpenampilan sederhana tapi tetap menarik seperti layaknya anak-anak seusianya. Yuni terlihat sangat sehat dengan pipi penuh bulat menggemaskan. Singkatnya, tak ada ciri "jalanan" seperti yang saya dan anda amini selama ini.

Dengan adik yang satu ini, seperti pada adik lain seumurannya, saya mengalami kendala bahasa. Tapi jadi tak masalah karena tak ada marah-marah ketika saya tak paham. Yuni hanya akan tersenyum kalau saya sudah mulai bingung lalu dengan santainya mengalihkan pembicaraan ke hal lainnya atau malah pergi sambil mentertawakan wajah konyol-kebingungan saya, hahaaa..

Beberapa kali kami berkegiatan di taman, Yuni tak turut serta entah karena alasan apa. Dia menjajakan dagangan di dekat tempat kami berkumpul sambil sesekali menoleh seperti ingin ikut tapi tetap tak mendekat. Saya ajak, dia menolak. Saya tak mau dan tak akan menduga-duga, maka saya pamit untuk melanjutkan kegiatan dengan adik-adik yang lainnya. Tapi di waktu lain dia ikut kegiatan, biasanya dia menjadi peserta yang paling antusias 

Dulu sekali saya pernah tanya apa cita-citanya. Dia tidak menjawab ingin jadi dokter atau guru seperti yang umumnya saya dengar, Yuni bilang dia ingin jadi penari yang punya banyak uang agar bisa tetap sekolah dan membahagiakan orangtuanya.

Yuni, sekecil itu punya pemikiran luas yang saya sangsikan dimiliki oleh anak manja diluar sana.



Tri Harvina Coniwitry Saragih, 15 Juni 2013

Riki: Si Pejuang Besar

Adik yang satu ini adalah adik paling tua usianya yang masih aktif ikut berkegiatan di taman. Memang berapa usianya? Entahlah, saya pun tak pernah bertanya tapi mari simpulkan saja dari perawakannya.
Mungkin karena usia, Riki jadi seperti pemimpin kalau sedang berkumpul dengan teman-teman yang lain, tapi jangan bayangkan anak laki-laki berusia remaja yang kalau bermain lantas tak mau terima kekalahan karena cerminan itu jauh sekali darinya. Riki memang kerap jadi kepala, tapi bukan kepala yang lantas tak mau tau segala sesuatu tentang tubuh dan ekornya asal dia selamat. 

Dia kepala yang berbeda, kepala yang selalu menoleh untuk memastikan bahwa orang-orang yang mengikutinya dalam keadaan baik.

Seperti Neng yang berjualan sambil menjaga adiknya, Ujang Kecil, begitupun Riki terhadap Arul. Sering ketika bermain Arul menangis, entah karena kalah atau karena keinginannya tak terpenuhi, biasalah anak kecil. Maka kalau sudah seperti itu, Riki akan datang, menggendong Arul dan berusaha membuatnya kembali diam.

Beberapa minggu yang lalu, kami menjadwalkan belajar mata pelajaran yang akan diuji dalam ujian nasional sekolah dasar untuk dibahas, karena yang akan mengikuti UN hanya 5orang maka adik-adik yang lain bebas ingin belajar apa saja. Tepat ketika saya selesai dengan Siska beserta segala soal pecahannya, Riki mendekati saya, dia duduk disebelah saya dan...diam saja. Iya, dia hanya duduk dan sama sekali tidak berusaha membuka percakapan. Saya bertanya ada apa, dia menggeleng dan menjawab bahwa hanya ingin duduk saja, maka saya biarkan. Sungguh duduk bersebelahan dan diam saja itu rasanya tak nyaman maka saya buka percakapan, tapi Riki tak nyaman. Kemudian saya kembali diam dan memperhatikan adik-adik lain yang sedang belajar sampai kemudian dengan suara sangat kecil, muka tertunduk dan sedikit tersenyum dia bilang "Kak, kira-kira cita-cita jadi apa ya yang tidak susah?" Saya diam beberapa saat dan berusaha menebak ke arah mana pertanyaan yang Riki utarakan. 

Saya ingin membantunya untuk jadi adik yang optimis tapi juga tak ingin berbohong maka jawaban saya adalah "Tidak ada!"

Riki, untuknya saya mau menunjukkan betapa semua itu susah tapi pantas untuk diperjuangkan.

Tri Harvina Coniwitry Saragih, 14 Juni 2013

Siska: "Tidak" Untuk Bertahan!

Dua bulan belakangan hampir setiap minggu saya fokus melakukan kegiatan dengan adik yang satu ini. Berawal dari suatu minggu dia meminta saya secara khusus untuk mengajarkannya matematika, tepatnya pecahan. Sungguh saya benci matematika, itu alasan utama saya kenapa cinta ilmu sosial, agar tak perlu bertemu dengan angka-angka rumit yang membuat sakit kepala. Tapi karena ini hanya pelajaran pecahan sederhana maka saya pun meng-iyakan.

Sering ketika saya sedang menyampaikan materi pelajaran dihadapannya, Siska tidak memperhatikan saya, dia malah sibuk tersenyum sendiri sambil melihat kelompok teman-temannya yang sedang diajarkan hal yang berbeda oleh kakak-kakak lain atau malah bersenandung sambil melihat ke jalanan. Saya maklum, belajar di kelas yang sudah jelas-jelas diciptakan agar perhatian tertuju penuh ke depan saja terkadang sulit apalagi ini, belajar di tengah suara kendaraan bermotor yang hiruk-pikuk di jalanan.

Saya tak paham tentang metode mengajar yang baik dan benar, saya hanya menggunakan pengalaman mengajar anak-anak di Garut pedalaman selama sebulan penuh sekitar 3tahun yang lalu sebagai bekal di taman, maka ketika Siska selalu menjawab "Tidak" atas pertanyaan "Sudah mengerti, sis?" sering saya merasa kesal dan ingin pergi saja. Puji Tuhan, sejauh ini saya tak melakukannya, saya tetap ada disana bertahan untuk mengajarkan Siska materi yang dia belum paham benar karena walaupun Siska menjawab tidak mengerti tapi soal yang saya berikan selalu benar dijawab olehnya. Jadi saya merasa Siska hanya sedang menguji kesabaran saya 

Siska, jawaban "Tidak"-nya mengajarkan saya untuk bertahan.


Tri Harvina Coniwitry Saragih, 13 Juni 2013
 

Komunitas Taman Harapan Copyright © 2011 -- Template design by Brun -- Powered by Blogger