Friday, May 31, 2013

Tiga Pemulung Cilik








Amelia (11 tahun), Ramdhan (7 tahun), Isha (8 tahun).

Tiga bersaudara dari total 13 bersaudara (kaget saya mendengarnya). Mereka masih memiliki dua orang adik, yang paling kecil usianya 2 tahun dan yang kedua berusia 5 tahun. Ketiganya bersekolah di SDN 7 Sarijadi.  Amel sekarang kelas 5 SD, Isha kelas 2 SD dan Ramdhan kelas 1 SD. Ayah mereka bekerja sebagai tukang rongsok, sedangkan sang ibu tidak bekerja. 

Selepas sekolah biasanya ketiga bersaudara ini bersama - sama membantu sang ayah mencari tambahan uang, dengan memulung di sekitar Sarijadi. Mereka tinggal di sekitar Cijero Kaso, selain dengan orangtuanya, disana mereka juga tinggal bersama 8 saudaranya yang lain, karena tiga orang kakak mereka sudah tidak tinggal satu rumah dengan mereka. Saya memang belum melihat rumahnya, tapi rasanya saya sulit sekali membayangkan seorang tukang rongsok memiliki rumah yang cukup besar untuk bisa menampung ke 10 orang anaknya dengan leluasa.

Saya bertemu dengan anak-anak ini ketika mereka sedang beristirahat di depan minimarket pertigaan Sarijadi. Amel bercerita bahwa mereka memulung dari pukul 12.00 sampai pukul 17.00 dan biasanya mereka bisa mendapatkan 5-6 ribu rupiah.

Amel bercita-cita kalau sudah besar nanti ingin menjadi polwan, sedangkan Ramdhan dan Isha masih mikir-mikir dulu katanya... hehehe...

Semoga di jaman kemerdekaan ini, Indonesia mampu memberikan jaminan bagi Amel untuk menggapai cita-citanya dan membantu adik-adiknya...

Merdeka!!


Penulis, Agustinus Feiry

Monday, May 13, 2013

Gubuk Kami Hilang Pak Pejabat..!

Malam ini sekitar pukul 19.30 saya sampai di jalan Saparua Bandung, tepat di sebrang gerbang utama GOR Saparua saya tertarik untuk singgah dan melibatkan diri bersama empat orang yang kebetulan sedang ngobrol santai di sana. Keempat orang itu terdiri dari dua keluarga, pasangan suami istri yang pertama bernama Pak Saepudin dan Ibu Dede, sedangkan pasangan kedua bernama Pak Roni dan Ibu Herlina. Pak Saepudin dan istrinya mempunyai 3 orang anak, yang paling besar sudah kelas 1 di SD Pasundan. Begitupun Pak Roni dan istrinya, mempunyai 3 orang anak dan yang paling besar sama dengan anak Pak Saepudin, bersekolah di SD Pasundan kelas 1. Mereka bekerja sebagai pemulung di sekitaran Bandung tengah (kota). Bersama keluarga, kedua pasangan suami istri itu menetap di dalam gubuk sederhana yang didirikan di atas trotoar jalan Saparua. Ya gubuk sederhana berdinding gerobak dan beratap plastik itu sudah 2 tahun belakangan ini menjadi tempat mereka dan anak - anaknya berlindung dari terpaan alam serta manusia yang terkadang tak ramah.

Malam ini ternyata menjadi malam terakhir untuk mereka bisa berlindung di gubuk sederhana itu. Karena menurut penuturan mereka, pada hari jum'at kemarin mereka didatangi Lurah dan Camat setempat yang baru selesai berolah raga di GOR, oleh Lurah dan Camat mereka diminta untuk angkat kaki serta membongkar gubuknya dari kawasan itu, karena di anggap membuat "kotor" ruang publik dan diberi waktu sampai minggu 12 mei 2013, tapi mereka meminta keringanan hingga selasa 14 mei 2013 dan akhirnya disetujui. Namun jika sampai selasa pagi gubuk itu masih berdiri, Lurah dan Camat mengancam akan menertibkan (membongkar&mengusir) mereka secara paksa. Mendengar itu semua mereka hanya bisa pasrah karena sadar di negri ini tanah dan air dikuasai oleh pemerintah.

Sebenarnya bukan mereka tidak mengerti tentang aturan itu, bahkan mereka sangat paham karena mereka beberapa kali ditertibkan (ditangkap) dinas sosial melalui kaki tangan satpol PP. Tapi mereka tidak punya pilihan untuk memperbaiki hidupnya, dengan latar belakang pendidikan yang SD pun tak tamat, mereka tidak bisa berharap lebih untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari menjadi pemulung di tengah perkotaan yang angkuh seperti ini.

Pak Saepudin dan keluaga sudah 3 kali ditangkap satpol PP, setelah didata dan di foto mereka dilepaskan begitu saja tanpa sebuah solusi pun untuk perbaikan hidupnya. Ya, jangankan diberi solusi, gerobak yang sehari - hari menjadi alat bantu mereka dalam mencari nafkah (barang bekas) pun disita dan diminta tebusan kalau ingin dikembalikan. Bahkan tak jarang setelah ditangkap mereka di lepaskan di daerah hutan atau pegunungan yang jauh dari perkotaan, sangat tidak pro-rakyat bahkan tidak manusiawi.

Sekali lagi ini menunjukan kegagalan pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang mampu mengakomodir kebutuhan rakyat, pemerintah yang telah gagal menjamin rasa aman (malah mengancam) dan hak hidup layak bagi setiap rakyatnya, pemerintah yang telah gagal dalam mengelola sumberdaya sehingga hanya segelintir kelas menengah atas yang dapat menikmatinya, pemerintah yang telah gagal menjalankan amanat UUD 45 untuk menciptakan keadilan serta kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya, sehingga ketimpangan menjadi sebuah kewajaran untuk segelintir masyarakat klas menengah atas.

Lalu apakah kita pun akan mengulangi kesalahan pemerintah dengan turut melakukan pembiaran terhadap semua kesalahan dan kegagalan itu??




Penulis, Dadan Wijana





S.E.R.U

Silakan beri saya "Jadi gimana acara di taman kemarin?"
Maka saya akan beri kamu..

Seru, datang lebih pagi daripada adik-adik.
Seru, mendapati kenyataan bahwa urusan meniup balon pun ternyata masih jadi hal yang sulit untuk beberapa orang.
Seru, melihat taman jadi berwarna-warni dengan dekorasi ajaib ala kakak-kakak.
Seru, mendengar tawa anak-anak yang lebih nyaring dari biasanya.
Seru, semua orang mau ikut seru dalam kesibukan & sibuk dalam keseruan.
Seru, menatap balik orang-orang yang menatap kami dengan penuh heran dari atas kendaraannya.
Seru, mencoba membaca gerak bibir mereka yang sekedar lewat setelah melihat kami disana.
Seru, menghitung jumlah pengunjung taman yang mendadak banyak.
Seru, jadi jagoan improvisasi demi mendapatkan sedikit saja perhatian anak-anak.
Seru, mendengar teriakan kaget setiap ada balon yang pecah.
Seru, banyak ekspresi tak terduga datang dari mereka ketika barter dilakukan.
Seru, mendengar mereka bercerita tentang bagaimana taman harapan.
Seru, meladeni bocah-bocah yang merengek minta diambilkan balon.
Seru, menyuruh anak-anak yang luar biasa aktif ini untuk duduk diam dalam waktu yang singkat.
Seru, makan bersama dengan alas daun pisang di ruangan terbuka.
Seru, banyak kakak mensyukuri berkat dengan cara membagi berkat dalam bentuk makanan.
Seru, memutuskan untuk tidak pulang sampai taman kembali seperti ketika kami baru saja datang.



Penulis, Tri Harvina Coniwitry Saragih

Wednesday, May 8, 2013

Syukuran 2 Tahun Taman Harapan



Agenda Kita, Sekaligus Undangan Buat  Semua




Acara                       : Syukuran 2 Tahun Taman Harapan
Hari, Tanggal           : Minggu, 12 Mei 2013
Kegiatan                   : 1. Membaca cerita oleh adik-adik Taman Harapan
                                   2. Games
                                   3. Pemberian Penghargaan Anak Ter-
                                   4. Makan Bersama (ngampar)
                                   5. Barter barang kesayangan kita sama anak-anak Taman Harapan 
Peserta / Undangan   : Semua kakak yang Belum, Pernah dan Sering ke taman, serta
                                   masyarakat seluas - luasnya

Buat Kakak-Kakak yang baca agenda kegiatan ini, tolong disebarkan luaskan ya isinya. Tengkyuuuuuuuu...:)
 

Komunitas Taman Harapan Copyright © 2011 -- Template design by Brun -- Powered by Blogger