Monday, May 13, 2013

Gubuk Kami Hilang Pak Pejabat..!

Malam ini sekitar pukul 19.30 saya sampai di jalan Saparua Bandung, tepat di sebrang gerbang utama GOR Saparua saya tertarik untuk singgah dan melibatkan diri bersama empat orang yang kebetulan sedang ngobrol santai di sana. Keempat orang itu terdiri dari dua keluarga, pasangan suami istri yang pertama bernama Pak Saepudin dan Ibu Dede, sedangkan pasangan kedua bernama Pak Roni dan Ibu Herlina. Pak Saepudin dan istrinya mempunyai 3 orang anak, yang paling besar sudah kelas 1 di SD Pasundan. Begitupun Pak Roni dan istrinya, mempunyai 3 orang anak dan yang paling besar sama dengan anak Pak Saepudin, bersekolah di SD Pasundan kelas 1. Mereka bekerja sebagai pemulung di sekitaran Bandung tengah (kota). Bersama keluarga, kedua pasangan suami istri itu menetap di dalam gubuk sederhana yang didirikan di atas trotoar jalan Saparua. Ya gubuk sederhana berdinding gerobak dan beratap plastik itu sudah 2 tahun belakangan ini menjadi tempat mereka dan anak - anaknya berlindung dari terpaan alam serta manusia yang terkadang tak ramah.

Malam ini ternyata menjadi malam terakhir untuk mereka bisa berlindung di gubuk sederhana itu. Karena menurut penuturan mereka, pada hari jum'at kemarin mereka didatangi Lurah dan Camat setempat yang baru selesai berolah raga di GOR, oleh Lurah dan Camat mereka diminta untuk angkat kaki serta membongkar gubuknya dari kawasan itu, karena di anggap membuat "kotor" ruang publik dan diberi waktu sampai minggu 12 mei 2013, tapi mereka meminta keringanan hingga selasa 14 mei 2013 dan akhirnya disetujui. Namun jika sampai selasa pagi gubuk itu masih berdiri, Lurah dan Camat mengancam akan menertibkan (membongkar&mengusir) mereka secara paksa. Mendengar itu semua mereka hanya bisa pasrah karena sadar di negri ini tanah dan air dikuasai oleh pemerintah.

Sebenarnya bukan mereka tidak mengerti tentang aturan itu, bahkan mereka sangat paham karena mereka beberapa kali ditertibkan (ditangkap) dinas sosial melalui kaki tangan satpol PP. Tapi mereka tidak punya pilihan untuk memperbaiki hidupnya, dengan latar belakang pendidikan yang SD pun tak tamat, mereka tidak bisa berharap lebih untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari menjadi pemulung di tengah perkotaan yang angkuh seperti ini.

Pak Saepudin dan keluaga sudah 3 kali ditangkap satpol PP, setelah didata dan di foto mereka dilepaskan begitu saja tanpa sebuah solusi pun untuk perbaikan hidupnya. Ya, jangankan diberi solusi, gerobak yang sehari - hari menjadi alat bantu mereka dalam mencari nafkah (barang bekas) pun disita dan diminta tebusan kalau ingin dikembalikan. Bahkan tak jarang setelah ditangkap mereka di lepaskan di daerah hutan atau pegunungan yang jauh dari perkotaan, sangat tidak pro-rakyat bahkan tidak manusiawi.

Sekali lagi ini menunjukan kegagalan pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang mampu mengakomodir kebutuhan rakyat, pemerintah yang telah gagal menjamin rasa aman (malah mengancam) dan hak hidup layak bagi setiap rakyatnya, pemerintah yang telah gagal dalam mengelola sumberdaya sehingga hanya segelintir kelas menengah atas yang dapat menikmatinya, pemerintah yang telah gagal menjalankan amanat UUD 45 untuk menciptakan keadilan serta kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya, sehingga ketimpangan menjadi sebuah kewajaran untuk segelintir masyarakat klas menengah atas.

Lalu apakah kita pun akan mengulangi kesalahan pemerintah dengan turut melakukan pembiaran terhadap semua kesalahan dan kegagalan itu??




Penulis, Dadan Wijana





0 comments:

Post a Comment

 

Komunitas Taman Harapan Copyright © 2011 -- Template design by Brun -- Powered by Blogger